Wednesday, June 9, 2010

Alice in Wonderland in Technicolor!

Alice in Wonderland, curiousity leads to curiouser...

(1951, Walt Disney Production, Clyde Geronimi, Wilfred Jackson, Hamilton Luske. Kathryn Beaumont, Ed Wynn, Verna Felton, Bill Thompson. Fantasy 75 min)

Film ini adalah film kartun yang tua, usianya hampir 50 tahun, hampir 2,5 kali lipat umur gue sendiri. Dibuat tahun 1951, Alice in Wonderland jadi salah satu kartun yang legendaris di dunia dan ceritanya termasuk tak lekang oleh zaman. Daya tarik ceritanya membuat banyak sekali cerita, baik film, komik, maupun drama mengikuti dan mengambil porsi dari Alice in Wonderland ini.

Alice in Wonderland bercerita tentang Alice, seorang anak orang kaya yang bosan ketika sedang diberi pelajaran privat oleh gurunya, dan menemukan seekor kelinci yang terlambat mendatangi sesuatu. Alice mengikuti kelinci tersebut dan akhirnya terdampar di Wonderland. How wondrous this Wonderland is? Jawabannya ada di film. Benar-benar wondrous seperti yang dijabarkan Alice di awal film mengenai Wonderland miliknya.

Alice in Wonderland termasuk salah satu kartun yang menarik untuk ditonton, sayangnya buat gue, gue kurang berhasil dalam menyimaknya. Beberapa cerita harus gue ulang untuk gue mengerti maksudnya apa. Bahkan terkadang sampai kebosanan karenanya. Dalam film ini, gue sempet tertidur tiga kali dalam dua hari nonton yang berbeda, masing-masing sekali percobaan nonton.

Bila ditelusuri dan dipahami, alur ceritanya sangat-sangat menarik, ditambah gue nontonnya setelah nonton Burton’s Alice yang notabene merupakan lanjutan cerita dari Alice in Wonderland ini. Yang akhirya menyebabkan banyak sekali pembandingan-pembandingan yang gue lakukan ketika menonton. Baik cerita maupun alurnya memiliki kekonsistenan, yaitu absurditas. Nampaknya tidak seperti kartun Disney lainnya, Alice in Wonderland bermaksud untuk menyampaikan berbagai hikmah tanpa secara gamblang. Banyak sekali simpang-siur ceritanya disini.

Seperti yang kita tahu, atau bisa dibaca di review gue mengenai Burton’s Alice, kedua film ini adalah dua film yang berbeda. Baik dari segi cerita maupun karakterisasi. Mungkin memang dalam film yang barunya, banyak karakterisasi yang merupakan interpretasi baru Burton mengenai karakter tersebut, sehingga terjadi beberapa perbedaan yang cukup signifikan. Diantaranya Mad Hatter, Chesire Cat, dan Alice sendiri. Disini Alice benar-benar menunjukkan sifat curious nya kepada hamper segala hal. Mad Hatter dan teman-temannya benar-benar gila, dan Chesire terlihat lebih tidak jelas.

Soal karakterisasi, selain Alice, karakter lain yang ada di film ini cukup kuat meski hanya mendapat peran sedikit. Seperti Chesire Cat, White Rabbit, Mad Hatter and the tea party, Tweedle Dee dan Tweedle Dum, bahkan si red queen sendiri. Yang anehnya gue bahkan baru tau kalo ternyata ada King of Heart.

Tapi tenang, meskipun Alice in Wonderland berbeda dalam mengusung cerita, Alice in Wonderland tetap memegang Disney secara kultural. Alice in Wonderland adalah film kartun musical juga yang memainkan banyak musik dan lirik yang enormous dan mesmerizing. Sangat cocok dengan suasana meriah ala Disney Classic yang bahkan bisa merubah omongan dan obrolan dapat menjadi nyayian.

Last but not least, Alice in Wonderland (1951) adalah salah satu film kartun terbaik yang pernah ada di dunia ini. Cerita yang tak lekang oleh waktu dan banyak mengilhami orang ini patut ditonton dan diapresiasi secara mendalam. I recommend you to watch this!

No comments:

Post a Comment