Saturday, July 10, 2010

Dorm


Dorm, He don’t even know yet, and you just don’t know...

(2006, Hub Ho Hin Films, Songyos Sugmakanan. Charlie Trairat, Sirachuch Chientaworn, Chintara Sukapatana. Drama Horror 110 min)

Every school has its own story, and every story has its own truth. Just like the queen bee on Mean Girls or rewinding life on 17 again, the Dorm has it’s friendship like we never saw before. Still, it’s a ghost story.

Film ini saat itu lebih menarik daripada cerita manga Shaman King yang lagi seru-serunya punya oversoul level tertinggi Yoh. Gue nontonnya di workshop menulis-nya kineklub LFM.

Dorm (judul asli: Dek Hor) menceritakan tentang Ton (Charlie Trairat) yang dimasukkan ke asrama oleh ayahnya, dimana di asrama itu ada seorang guru aneh, Pranee (Chintara Sukapatana). Di asrama tersebut Ton memiliki beberapa teman baru, diantaranya Vichien (Sirachuch Chientaworn) yang sering sekali membantunya dan mengetahui beberapa seluk-beluk tentang sekolah. Bersama teman-temannya, Ton mendengarkan cerita hantu yang suatu hari dialaminya sendiri. Setelahnya, Ton sering sekali mendapat perhatian dari Pranee. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Pranee berlaku seperti itu? Siapakah teman-teman Ton? Mengapa Vizhien bisa mengerti mengenai masa lalu sekolah?

Drama Komedi Horor ini menceritakan kisah hidup yang jenaka dari Ton selama di asrama. Juga menjelaskan dengan kilas balik mengapa ayah Ton memasukkannya kedalam asrama yang tidak dia inginkan. Kesenangan demi kesenangan yang dialami Ton didalam asrama menurut gue cukup menggambarkan bahwa dia akhirnya senang dengan keputusan ini.

Ceritanya cukup menarik meskipun terkesan dipaksakan. Namun karena bergenre horor dan drama, nampaknya pemaksaan itupun cukup masuk diakal. Lihat saja bagaimana Ton bereaksi ke setiap kejadian horror yang terjadi. Kenekatan-kenekatan yang pasti ada hanya di film horror pun memang ga bisa dihindarin.

Aktingnya keren sih menurut gue, apalagi pemeran-pemeran pendukungnya maen dengan sangat ngalir. Dengan penggambaran seadanya, aktingnya untungnya tidak seadanya dan memberikan kesan yang cukup mendalam pada karakter masing-masing, seperti si bedak, ingus, dan anak pemilik toko coffin. Tentunya Ton juga sangat hebat, berakting duet dengan Vizhien baik saat Vizhien ada disana maupun tidak.

Adegan favorit gue yang pertama ada saat mereka semua ngangkat kaki dan nutup hidung. Kenyataan yang diberikan pada penonton disitu cukup meningkatkan hasrat untuk menonton karena awalannya sudah cukup bosen dan adegan horornya sedikit. Adegan drama favoritnya adalah adegan berfoto setelah karnaval yang cukup menggambarkan kesedihan yang terjadi di hati Vizhien.

Banyak kebodohan-kebodohan yang terjadi di film ini, bloopers, entah disengaja ataupun tidak disengaja. Sepanjang film yang paling terlihat adalah rambut Ton yang memanjang dan memendek secara tidak beraturan. Juga adegan-adegan sekolah malam yang cukup aneh, setidaknya untuk mata kita yang biasa sekolah siang waktu kecil.

Overall, film ini cukup bagus untuk ditonton, apalagi kalo emang penikmat film horror asia khususnya Thailand, karena tumbennya ini ngebawa suasana yang berbeda dari biasanya seperti pembalasan dendam, slasher, ataupun thriller. Dorm buat gue memberikan aroma persahabatan dan gelak tawa yang menggembirakan pada saatnya, dan cukup berhasil memberikan fenomena ketakutan pada penonton meskipun sebenarnya sedang tidak terjadi apa-apa. Tapi tentu saja itu semua berkat efek luar biasa dari scoring film setan asia.

Dare to hear the story?

No comments:

Post a Comment