Thursday, December 24, 2009

Cloudy and the Chance of Meatballs




Cloudy and the Chance of Meatballs, lluvia de hamburguesas, il pleut des hamburgers...

(2009, Sony Pictures Animation, Phil Lord & Chris Miller. Bill Hader, Anna Faris, James Caan, Earl Devereaux. Animation 90 min)

Geeks geeks geeks! Haha gue suka banget menertawakan geeks. Kenapa? Been there, done that. Flint Lockwood (Bill Hader) adalah seorang geek yang jenius dan sudah jadi penemu sejak kecil. Ia punya suatu yang orang lain ga punya, dan cuma karena berbeda dan ga biasa, penemuannya malah diejek dan dia sendiri dikucilkan. Yah, standar penemu lah. Yang ngga standar disini ialah penemuannya. FOOD! I love food! Who doesn’t? Pray not to die so soon. Makanan adalah karunia keindah tertiga setelah hidup dan udara. Dan di film ini Flint menemukan sebuah mesin yang dapat menciptakan makanan dari perubahan molekular air.

Sebelum nonton, gue kira film ini bercerita tentang seorang penemu bernama Cloudy yang menemukan alat pencipta daging bulat yang besar (sesuai judulnya), namun ternyata jauh lebih enak dari itu. Phil Lord & Chris Miller gue rasa mencoba menggabungkan ke-sains-sains-an kedalah sebuah film animasi yang ternyata bisa bikin gue enjoy menontonnya. Sedikit romance, banyak komedi, dan secuplik horror (oh iya, makanan raksasa itu horror. Enak, tapi horror.) di remix seperti paduan adonan makanan yang jadinya enak di mulut, tapi ini enak di mata karena ini film bukan makanan.

Cerah dan colourful, penuh warna. Itu yang muncul banget di film ini. Suasana kota kecilnya yang terasa warm kegambar dengan interaksi-interaksi yang muncul dari karakter-karakter di film ini. Bayangkanlah seorang ayah, Earl Devereaux (The A-Team’s Mr. T!!!) yang menyayangi anaknya dan ingin membahagiakannya, dan mendapatkan kasih sayang balik dari anaknya Cal. Tapi ga begitu dengan Tim Lockwood (James Caan), bapak dari Flint. Kisah cinta Flint dengan Sam Sparks (Anna Faris) terlihat biasa, tapi terbungkus dengan kesan geeky dan childish membuat gue tertawa-tawa sendiri ketika nonton. Adegan Jell-o (dan sebenarnya hampir seluruh adegan yang berhubungan dengan makanan) sangat membuat gue berharap di dunia nyata bisa kejadian kaya gitu.

Bisa dibilang, cerita di film ini ketebak. Tapi menurut gue film ini bukan tipe film yang ceritanya butuh ditebak, karena emang alurnya ngalir begitu aja. Mau ditebak mau ngga, hasilnya akan sama aja dan bikin kita suka dengan film ini ataupun isinya. Jadi jangan khawatir kalo mau nonton, niscaya kita gaakan dibikin bete sama ceritanya atau gambar-gambarnya. Yang ada : ngiler *drool*. Dan lagi film ini durasinya ngga panjang dan ngga pendek, cukup untuk feature film, 90 menit.

Cloudy and the Chance of Meatballs adalah film yang gue harap diproduksi ulang kalo udah muncul teknologi 4D atau 5D, dimana rasa udah masuk ke dalam sensasi dimensi bioskop. Jadinya kenyangnya bisa pol. Tapi mungkin bayarnya 500ribu sendiri untuk nonton di bioskop seperti itu.

I want to run away that day, but you can’t run away from your own feet. Cloudy and the Chance of Meatballs is an enjoyable movie, especially for you who are cinema-lover and food-lover! This is like eating a package of Big-Mac and Large French Fries!

Viva la Food-a!

1 comment:

  1. Karena lo minta dikomen. Overall, udah bagus2 aja (doh, gk membantu). Soalnya menurut gue, gaya penulisan itu emang ciri khas masing2 orang dan kalo dilihat dr tata bahasa udah bagus, ko.

    Tapi kalo boleh memberikan rumus menulis review yg baik, yg wktu itu dkasih tau daus. Review film itu, lo harus punya satu hal yang menurut lo keutamaan film ini. Hal yang lo suka/yg membuat lo pngn nulis review/pndapat utama lo ttg film ini. Lo tulis bagian ini di awal review. Lo ceritain filmnya sedikit. Lalu lo berikan argumen2 lo apa aja keunggulan/kejelekan/deskripsi/apapun ttg film ini. Nah, baru di akhir lo kembalikan lagi ke pendapat lo yang di awal. Jadi ada 4 babak istilahnya. Itu dasarnya, tapi nanti pengembangannya lo kreatifitaskan sendiri. Yeeey, begitulah..

    ReplyDelete