Tuesday, December 7, 2010

Flipped




Flipped, ever heard of a narrative stories? This one have it on edges, both sides.

(2010, Castle Rock Entertainment, Rob Reiner. Madeline Carroll, Callan McAuliffe. Drama Comedy Romance 90 min)

Remember your first love? What was it feels like? How does it go? When did it happened?

Bryce Loski (Callan McAuliffe) adalah bocah kelas 2 SD yang baru saja pindah ke rumah barunya. Di rumah barunya, ia bertemu dengan Juli Baker (Madeline Carroll), bocah tetangga yang punya rasa ingin tahu yang besar. Bryce merasa terganggu dengan kehadiran Juli, bahkan semua itu tidak berubah sampai mereka berdua tumbuh di kelas 7. Namun segalanya mulai berubah setahun kemudian ketika Bryce mulai memikirkan perasaan orang lain, dan tentunya, Juli.

Juli Baker, adalah bocah kelas 2 SD yang sedang kedatangan tetangga baru. Tertarik dengan hal-hal baru dalam hidup, ia bersemangat untuk membantu tetangganya, tanpa menyadari bahwa kehadirannya sebenarnya tidak disukai mereka. Saat itulah Juli bertemu Bryce Loski, bocah pria ganteng dengan mata indah, dan Juli yakin suatu saat Bryce akan menciumnya. Voila, dalam sekejap saja Juli jatuh cinta pertama kalinya pada Bryce. Anehnya, Bryce terus saja menghindari Juli sampai kelas 7, bahkan sempat mencoba menggaet gadis lain. Namun satu tahun kemudian, segala sesuatu mulai berubah.

Does it take that long to tell a simple story?

Jawabannya adalah “Yes, it is!”. Film ini merupakan salah satu film yang luar biasa menurut saya. Sejak awal, film ini sudah memperdengarkan narasi yang baik, menjelaskan kondisi suatu hal, sehingga pada akhirnya sampai akhir film pun narasi itu tetap ada. Film ini sangat bercerita (secara harfiah), dan ceritanya memang menarik. Menurut saya, jarang sekali ada film dengan format penceritaan seperti ini. Hebatnya lagi, film ini benar-benar memperlihatkan kejadian dari dua sisi yang berbeda. Flipped benar-benar membuat saya terkagum-kagum akan gaya penceriteraan yang detail dan mendalam, memberikan eksplorasi pada akting anak kecil dan percintaan remaja, serta bumbu-bumbu kekeluargaan dan komedi yang dicampur dalam sebuah drama visual yang soft.

Bryce, dan Juli. Keduanya memiliki cara berpikir yang berbeda, hidup yang berbeda, kondisi keluarga yang berbeda, namun berada di tempat yang dekat, sekolah yang sama, dan dihadapkan pada satu masalah yang sama, yaitu merasakan cinta untuk pertama kalinya. Sweet, many bitters, but somewhat nice. Mereka bilang, cinta pertama sulit dilupakan. For myself, I think I won’t forget that one. But let’s not start talking about that.

Film yang berangkat dari novel karangan Wendelin Van Draanen tahun 2001 ini memainkan sisi psikologis anak kecil dengan sangat piawai. Kita diajak untuk menikmati kelucuan-kelucuan masa pubertas. Masa awal dimana kita mulai prihatin dan peduli pada orang lain, pada konsekuensi dari suatu hal yang kita lakukan. Banyak sekali perilaku biasa yang ditunjukkan secara luar biasa oleh sutradara Rob Reiner (sutradara The Bucket List-2007 dan When Harry Met Sally-1989). Gesture mata, tubuh, semuanya berjalan seirama dengan narasi yang sangat sesuai.

Kalau saya bilang, mungkin sebuah applause patut diberikan untuk kedua aktor Bryce dan Juli. Keduanya bermain bagus sekali dalam film ini. Mereka berhasil membuat saya merasakan perasan mereka secara mendalam baik melalui ekspresi maupun gaya bicara. Juli yang terkesan cuekan diluar tapi lemah dan lembut didalam, serta Bryce yang ganteng tapi peerlessly coward. Tak hanya itu, mungkin cara menyampaikan berbagai hal lewat narasi lisan juga menarik, ditambah keduanya bermain dengan sangat serasi.

Film ini didukung dengan suasana Amerika tahun 1950-1960-an yang oldies-oldies menyenangkan, belum banyak kendaraan, serta grading warna yang soft dan memberikan kesan hangat. Setting zaman dahulu memberikan kesan tersendiri mengenai budaya/kultur yang terjadi saat zaman itu. Rumah yang masih jarang-jarang, kebun yang harus diurus teratur, lahan kosong untuk dibangun rumah. Segalanya rapi. Benar-benar memberikan kesan kekeluargaan dalam film ini.

Secara visual maupun audio, tidak ada orgasm feeling dalam film ini. Benar-benar selama satu setengah jam kita hanya akan dipermainkan oleh plot dan narasi. Dari segi cerita pun, sebenarnya udah banyak film yang mengusung tema cinta pertama dan membautnya menjadi film. Pengesannya cukup rapi dan enak dilihat, begitu juga efek-efek suara yang sangat jadul, membuat suasana film menjadi lebih hidup.

Overall, film ini bagus menurut saya. If i should give points, i’ll give 8 out of 10!