Monday, November 15, 2010

Ondine (2009)



Ondine, the story was once a fairy tail...

(2009, Wayfare Entertainment, Neil Jordan. Colin Farrell, Alicja Bachleda, Alison Barry. Drama Romance 111 min)

Misery is easy, Happiness you have to work at.

Ondine bercerita tentang seorang pria yang bercerita. Syracuse (Colin Farrell) adalah nelayan di daerah Irlandia, dimana suatu hari dia menemukan seorang wanita didalam jaring yang ditebarnya di laut. Aneh? Ga logis? Nampaknya semuanya memang dimaksudkan untuk bertanya-tanya dan membuat sebuah misteri tersendiri. Wanita yang diangkat oleh Syracuse adalah Ondine (Alicja Bachleda), yang pada akhirnya dianggap seekor mermaid oleh Syracuse dan anaknya, Annie (Alison Barry).

Film ini bisa dibilang cukup lama, cukup panjang, dan kurang menarik perhatian. Selain akting Colin Farrell yang biasanya unik, mungkin hampir tidak adalagi yang menarik dari film ini. Secara cerita, banyak sekali karangan-karangan atau cerita yang dibuat dalam film ini. Agar membuat filmnya cukup logis. Meski dengan twists yang sebenarnya sedikit tertebak, pengetahuan yang didapat cukup membuat saya berpikir “ooh”. Nampaknya film ini kurang bisa memainkan emosi saya. Sebenarnya terdapat beberapa adegan yang visually dramatic namun malah terkesan dipaksakan. Seperti saat-saat Ondine berenang, atau twist terakhir yang menjelaskan segalanya.

Meskipun bercerita tentang kehidupan di daerah laut, film ini tidak banyak memiliki adegan bawah laut yang menakjubkan. Padahal biasanya hal-hal itulah yang dibawa film-film seperti ini. Karena Ondine nampaknya lebih menekankan pada drama dan romansanya, pengambilan gambarnya cukup standar saja. Bahkan di beberapa adegan ada yang bikin saya kecewa, ketika adegan malam dan gambarnya seperti di-push sampai terlihat.

Saya belum pernah menonton “Interview with the Vampire :the Vampire Chronicles” (1994). Salah satu film terbaik Neil Jordan sang sutradara yang pada akhirnya ditempatkan di kover atau poster film ini sebagai pembuatnya. Memang, Neil Jordan bisa dengan baik mengarahkan Colin dan Alicja, terutama Alison yang masih anak kecil, tapi malah bermain sangat bagus. Tapi sayangnya pengkarakteran mereka semua saya rasa kurang mengena. Seperti Syracuse yang awalnya alkoholik berat, dan ketika kembali mengkonsumsinya sebegitu saja langsung tersadar, atau Annie yang penyakitnya tidak dijelaskan mengapa ia harus selalu menggunakan kursi roda, padahal ditengah-tengah film dia bisa tiba-tiba saja berdiri, berjalan dan mendorong kursi rodanya tersebut. Di beberapa review orang yang saya lihat malah banyak yang mencerca Alicja karena hanya dapat “menangis, tertawa, terlihat seksi dan berenang di saat yang tepat”.

Ketika bicara akting, Colin Farrell memang sulit untuk diragukan. Beliau memang cukup piawai memainkan karakter seperti Syracuse dalam film ini.Kalau menurut saya sebenarnya, Alicja juga bermain bagus menjadi Ondine, hanya saja peran yang diberikan padanya cukup terbatas. Tapi jujur dalam film ini Alicja terlihat sangat seksi. Dan keputusan Neil Jordan memilih Alicja karena wajahnya tidak familiar sebagaimana Colin Farrel menurut saya sangat tepat. Terasa sekali ketidak familiaran pada Alicja ketika menonton film ini, yang menyebabkan misteri-misteri Ondine semakin menarik. Sayangnya, tetap saja yang memenangkan Best Actor IFTA Award (sebuah festival film di Irlandia) untuk film ini adalah akting Colin Farrell, bukan Alicja. Dan pemeran mantan istri Syracuse, Maura (Dervla Kirwan) malah memenangkan Best Supporting Actress di IFTA Award juga. Mungkin memang lebih sulit memerankan ibu pemabuk yang tetap sayang dan peduli sama anaknya.

Oh iya, salah satu hal yang menarik dari film ini adalah musiknya. Musik yang mengayun adalah musik-musik Sigur Ros. Awalnya juga saya tidak sadar karena tidak terlalu tertarik dengan musik. Namun ternyata dalam film ini juga mereka di-featurekan dalam suatu adegan. Mungkin Neil juga mengambil mereka sebagai background music karena Sigur Ros merupakan band yang cukup tidak Mainstream dalam dunia film. Aliran musiknya terasa enak di telinga. Sampai akhirnya film ini memenangkan award Best Sound dalam IFTA award. Begitu juga lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Ondine.

Overall, menurut saya film ini biasa saja. Di salah satu review IMDb bilang bahwa film ini sangat cocok untuk ditonton apabila sedang sakit dan butuh tidur. Namun film ini cukup bisa menemani saya yang menunggu waktu kuliah-yang tinggal setengah jam lagi saat menulis review ini- dan hanya di beberapa adegan yang membuat mengantuk, dimana setelahnya biasanya dibangunkan lagi dengan adegan suspense. Mungkin saya akan beri 7 dari 10 apabila harus menilai. Saran saya tontonlah film ini apabila memang anda sedang berkesempatan dan memiliki waktu luang. Rasa-rasanya, jika memang ketika menonton tiba-tiba anda harus pergi, anda akan malas untuk melanjutkannya lagi. Setidaknya itulah yang saya rasakan ketika menonton.